Laman

Jumat, 06 Januari 2012

lumbung padi, cermin bangsa yang mandiri

Permasalahan pangan merupakan permasalahan penting dalam suatu negara, stabilitas suatu negara dapat dilihat dari tingkat ketahanan pangannya. Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris seharusnya mampu untuk berdaulat dan mandiri dalam produksi dan pemenuhannya sehingga tidak terpaku pada impor. Jika kita berbicara pangan indonesia maka secara langsung kita berbicara masalah padi karena bagaimanapun tanaman padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia. Tanaman ini sangat strategis karena menghasilkan beras yang mana lebih dari setengah masyarakatnya menggunakan beras sebagai makanan pokoknya. Letak strategis lainnya adalah beras mampu berpengaruh pada stabilitas masyarakat. Peningkatan kualitas dan kuantitas menjadi sangat penting dalam rangka penguatan kedaulatan dan kemandirian pangan nasional. Berbagai upaya intensifikasi dan ektensifikasi melalui penerapan teknologi telah dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatan produksi padi baik pra-panen dan budidaya. Penanganan pasca panen dan manajemen rantai pasok pun harus diperbaiki agar masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan kebutuhan berasnya dan harganya relatif stabil.

Penanganan pasca panen padi merupakan salah satu cara untuk memperkecil penyusutan dan memperpanjang umur simpannya. Tempat penyimpanan padi biasanya dinamakan lumbung padi yang mana syaratnya adalah harus mampu untuk meyimpan padi dalam waktu yang lama dan menghindari padi dari serangan hama tikus, jamur, dsb. Dahulu petani kita selalu menyimpan hasil panen padi yang telah dikeringkan ke dalam lumbung padi dan akan menggunakannya sesuai kebutuhan saja sehingga pada saat musim kemarau ketika padi tidak bisa tumbuh maka stok beras tetap akan ada. Akan tetapi pada saat ini terjadi perubahan tradisi yang mana setelah pemanenan, petani hanya menyimpan padi dalam karung dan menjual sebagian besar padinya, sementara hanya sebagian kecil saja yang disimpan sehingga pada saat musim paceklik petani harus mengeluarkan uang lagi untuk membeli beras dipasar.

Kondisi seperti ini tidak akan terjadi manakala kita melihat budaya masyrakat Ciptagelar banten yang masih tetap menggunakan tradisi lumbung padi (leuit) untuk menyimpan padinya. Mereka mempunyai anggapan “buncir leuit, lucir duit” yang menerangkan pentingnya menjaga kedaulatan dan kemadirian pangan guna menyejahterakan kehidupan warga adatnya. Sebab, dengan buncir leuit (lumbung padi terisi penuh) akan bisa menjaga stok pangan untuk kebutuhan masyarakatnya. Maka belum pernah ditemui didaerah tersebut terjadi kelangkaan pangan. Lumbung padi leuit yang ada didaerah ini pun memiliki konstruksi yang sangat baik dan iklim mikro yang cocok, terbukti bahwa padi yang disimpan dalam leuit dapat bertahan selama berpuluh-puluh tahun.


Tradisi lumbung padi leuit ini hendaknya diterapakan pada daerah lain, karena selain akan meningkatkan ketahanan pangan daerah, tradisi ini juga akan meningkatkan perekonomian daerah secara mandiri. Apalagi jika tradisi tersebut dipadukan dengan sistem manajemen rantai pasok beras modern tentunya akan sangat memberikan nilai guna dan nilai tambah yang luar biasa, dimana rakyat dapat dengan mudah mengakses beras secara mudah dan berkecukupan serta mampu mensejahterkan semua pihak yang terkait dengan penyediaannya termasuk petani dan konsumennya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa ternyata tradisi budaya indonesia mengenai efisiensi dan efektivitas penanganan pasca panen melalui teknologi lumbung padi leuit masih mampu diterapkan hingga masa kini. Dengan sedikit modifikasi yang ada akan mampu membantu kemandirian pangan dan tentunya harus diiringi oleh komitmen pemerintah yang kuat terbebas dari berbagai rekayasa politik yang menguntungkan sebagian golongan saja.

*tulisan ini sudah pernah diikutkan dalam perebutan beasiswa dataprint

Tidak ada komentar:

Posting Komentar